Jumat, 03 Juli 2009

Kisah Gajah Mada 3



GAJAH MADA DAN PENGABDIAN NEGARA



Lalu bersiap-siaplah Ki Mada dibantu ketiga pengawal setianya menaikkan semua barang-barang yang telah dipersiapkan sejak semalam untuk dibawa ke kuda-kudanya yang akan membawa perbekalan serta untuk diperjalanan.

Sakunti Triwestu tanpa menyia-nyiakan waktu memberanikan dirinya untuk bertanya : "Tuanku Mahapatih, apa yang saya dan Ki Kurowi selanjutnya harus lakukan ?" dengan menahan gemetar kedua kaki dan tangan mereka berdua karena menahan kesedihan yang sangat.

Ki Mada tak segera menjawab pertanyaan tersebut, sebaliknya meneruskan memeriksa tali kudanya.

Ki Kurowi ikut memberanikan diri untuk ikut bertanya : "Yang Mulia Tuanku, Mengapa melihat semua apa yang telah terjadi Tuanku tidak melakukan perlawanan & membela diri ? Sebaliknya memilih pergi ?"

Ki Mada tetap belum menggubris pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Hingga kedua pengawalnya datang mendekat & berlutut dihadapannya sembari menundukkan kepala mereka. Terlihat tangan-tangan & kaki-kaki mereka gemetar, serta raut wajah mereka yang terlihat menahan kesedihan. Tak terasa setelah sekian tahun bersama kini mereka harus berpisah dengan Gajah Mada yang telah bersama, ada yang sejak menjadi Bhayangkara dan ada yang sejak di Kepatihan Kahuripan dan ada yang sejak diangkat menjadi Mahapatih Majapahit menggantikan Arya Tadah.

Tiba-tiba Ki Mada membalik-badan menghadap ketiga pengawalnya dengan berdiri tegap. Ketiganya kembali menundukkan kepala sembari bersiap-siap memasang telinga lebar-lebar untuk mendengarkan wejangan terakhir Sang Mahapatih.

"Dengarkan baik-baik teman-teman setiaku ! Pengabdian Negara adalah memberi yang terbaik bagi Majapahit. Bila aku berhasil mempersatukan Nusantara & membuat bangga masyarakat Majapahit, itu semua karena tugasku sebagai Mahapatih. Untuk itu aku tidaklah berjasa sedikitpun. Sama halnya seorang pedagang yang berhasil menjual semua barang dagangannya dan seorang petani yang berhasil menumbuhkan semua padinya, begitupun aku sebagai Mahapatih adalah sama. Itu adalah semata-mata tugasku. Layakkah seorang pedagang dan petani dianggap berjasa bila melakukan segala tugasnya ? Bukankah itu adalah kewajibannya ? Aku pun demikian, itu adalah kewajibanku untuk Maharaja Hayam Wuruk & Negara Majapahit Nusantara." ucap Ki Mada

"Tiap perjuangan memerlukan pengorbanan, namun tak semua pengorbanan harus diartikan sebagai sebuah penderitaan. Apa yang telah terjadi biarlah demikian, janganlah dicampur-adukkan dengan kepentingan negara. Saya tidak merasa berkeharusan menjelaskan semuanya yang kemudian menciptakan gangguan di tengah-tengah masyarakat Majapahit. Bila hal itu terjadi siapa yang akan diuntungkan ? Bukankah kehancuran Majapahit yang akan terjadi ? Tidak semuanya harus dilawan dengan ucap kata, bila kita tahu akan mendatangkan kerugian daripada manfaat. Terkadang kebenaran itu adalah kita harus berdiam demi kebenaran itu sendiri." lanjut Gajah Mada

Mereka menganggukkan kepala tanda mengerti.

Ki Kurowi kembali memberanikan diri bertanya : "Tuanku, namun bukankah menjadi aneh bila banyak Patih maupun Tumenggung yang tiap sehabis bertempur selalu menunjukkan jasa-jasa mereka namun Mahapatih sendiri justru tidak ? Khususnya untuk hal yang ini ?"

"Begitu ? Saya pikir merekalah yang aneh. Harga diri & Kehormatan bukan milik kita namun bergantung pada penilaian orang terhadap diri kita. Apalah artinya saya sesorah bahwa diri saya pandai namun ternyata oleh orang lain justru bodoh ? Apalah artinya saya merasa memiliki jasa namun di mata orang lain justru biasa-biasa saja ? Berjasakah aku saat aku melakukan kewajibanku sebagai Mahapatih ? Saya rasa itu bukan jasa & tak perlu anugerah istimewa sebab memang itulah tugasku." jawab Ki Mada

Hening selanjutnya yang terjadi.

Lalu Gajah Mada bertanya pada Sakunti Triwestu : "Sudahkah semua perlengkapanku ?". "Ini sudah semua Tuanku" ujarnya dengan kedua tangan gemetar tak mampu membendung kesedihannya karena tak diperbolehkan turut serta bersama Ki Kurowi.

Naiklah Gajah Mada ke atas kudanya bersama Pengawal yang akan menyertainya.

Sebelum menghentakan kekangnya, Ki Mada berkata :

"Tenangkanlah dirimu. Kitab PUSTAKA RATUNING BALA SARIWU yg membesarkan Kerajaan Sunda, Sriwijaya, Singasari & Majapahit ini kan kubawa bersamaku. Barangsiapa yg akan menemukanku akan menemukan kitab ini !!! Sementara kamu, pergilah ke Kerajaan Sunda untuk mengabdi & kisahkanlah yang kamu ketahui sesungguhnya pada pengganti Raja Lingga Buana."

Namun Ki Mada terdiam sebentar lalu meneruskan perkataanya :

"Baiklah Sakunti Triwestu sajalah yang ke arah Barat, sementara Ki Kurowi tetap di tengah. Biar yang ke timur cukup yang ini bersama saya. Sehingga kini jejak telah kutinggalkan, bahwa aku yang berasal dari Barat telah membesarkan yang di Tengah untuk kemudian ke Timur untuk menyelesaikan tugasku. Siapapun yang ingin menemukan kembali Kitab PUSTAKA RATUNING BALA SARIWU, hendaklah mereka berjalan dari Barat ke Timur untuk ngelakoni apa yang telah dititahkan oleh Kitab ini dan saya."

Dan pergilah Ki Mada ke arah Timur .........................



( Di Nusa Tenggaralah ditemukan makam Sang Mahapatih Gajah Mada. Tidak hanya di Nusa Tenggara, namun hingga wilayah Timur seperti Maluku dsb ... Ki Mada memberi kekuatan terakhir. Namun kekuatan apakah yang dimaksud dalam catatan Sang Mahaptih di batu di Nusa Tenggara ? Itu yang sedang diteliti oleh para Sejarahwan & Arkeolog kita maupun asing )



( RP )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar