Jumat, 03 Juli 2009

Kisah Gajah Mada 6



KI SEPUH :
MATIKAN YANG MENGINGKARI AMUKTI PALAPA MAJAPAHIT


Di suatu malam di salah satu Wisma kepatihan, penjagaan dilakukan lebih ketat dari hari-hari biasanya. Bukan karena akan ada bahaya mengancam, namun karena ada sebuah pertemuan yang digagas oleh Ki Patih bersama Ki Sepuh.

"Bagaimana, sudah berkumpul semua ?" tanya Ki Patih.

"Lengkap Tuanku Patih" jawab salah seorang Patih Muda.

"Baik, segera kita mulai saja" ujar Ki Patih.

Semua yang hadir bersila dengan tegap untuk mendengarkannya, meski ada makanan & minuman yang telah tersaji di hadapan mereka masing-masing.

"Kita semua telah mengetahui bagaimana sikap Sang Mahapatih tadi siang, betapa arogannya dia. Padahal semestinya ia tahu bahwa tanpa dukungan kita, ia bukanlah apa-apa. Saat Gajah Mada masih sekedar Prajurit Bhayangkara, aku telah duduk sebagai penguasa wilayah. Saat dia masih belajar menjadi prajurit pun, aku sudah dekat dengan keluarga Raja saat itu. Semestinya dan seharusnya ia tahu tata krama ......." ucap Ki Patih yang kemudian terpotong dengan Ki Sepuh.

"Ki Patih, mblunder bener kata-kata pembukamu ?! Kita disini bukan untuk mendengarkan curahan uneg-unegmu, tapi memikirkan apa yang seharusnya dilakukan demi kejayaan Majapahit" potong Ki Sepuh.

"Baik ... baik ... kita langsung ke pokok pembahasaannya. Namun sembari kita membicarakannya, silahkan dinikmati hidangan yang telah tersaji supaya enak" dengan sopan Ki Patih mempersilahkan.

Namun tiba-tiba Ki Sepuh berteriak : "HENTIKAN ! Kita ini mau makan-makan apa rapat ? Kok supaya enak ?! KI PATIH, MULAI SAJALAH !"

Ruangan menjadi terdiam sejenak, begitu heningnya hingga suara jangkrik bersahutan yang sedang berpacaran terdengar seakan-akan keras di telinga.

Lalu Ki Patih memulainya : "Rekan-rekan sekalian, AMUKTI PALAPA telah berjalan 22 tahun lamanya. Telah selama itu pula kita semua harus ikut prihatin menderita demi siapa ? Bukankah hanya demi seorang Gajah Mada ? Sementara kita yang telah sekian lama dapat menikmati kemewahan istana menjadi harus mengikuti kesederhanaan ??? Dia boleh-boleh saja berbuat seperti ini, lha wong bujangan dia. Sementara kita ? Bukankah telah memiliki keluarga yang tidak saja harus dihidupi, namun juga yang gaya hidup kita sebagai orang istana harus & mutlak dipertahankan ! Masyarakat tak lagi segan terhadap kita, sebaliknya terus-menerus mengkumandangkan Gajah Mada !! Ini tak boleh DIBIARKAN !!!"

"Benaaaaaar !" teriak semua yang hadir meneriakkan kesepakatan.

Lalu Ki Patih melirik Ki Sepuh yang berdiri disamping dengan memberi senyum kebanggaan sebagai tanda keberhasilan membuka rapat.

"Hmmmm, masih seputar uneg-unegmu toh ya ?" kata Ki Sepuh dengan balasan senyuman sinis.

Ki Sepuh kemudian maju dan mengambil alih pembicaraan : "Rekan-rekan sekalian kita tetap harus memajukan AMUKTI PALAPA demi Majapahit daripada Sang Mahapatih itu sendiri".

"Benaaaaar !" teriak semua yang hadir.

"Mahapatih bisa saja gagal di tengah jalan akan Sumpahnya sendiri & oleh karena itulah kita musti menjaga Amukti Palapa tetap pada Majapahit".

"Setujuuuu !" teriak semua yang hadir kembali.

Lalu keheningan kembali menyeruak tatkala Ki Sepuh tidak melanjutkan ucapannya. Namun tiba-tiba salah seorang yang hadir bertanya : "Tuanku, kalau boleh kami bertanya. Lalu hubungannya dengan kata-kata pembuka Ki Patih tadi apa ya ?"

"Saya juga tidak mengerti apa yang diucapkan Ki Patih tadi. Makanya kukatakan sebagai uneg-uneg belaka" jawab Ki Sepuh.

Segera Ki Patih tanggap & menjawab : "Begini rekan-rekan sekalian, maksud saya adalah demi AMUKTI PALAPA yang adalah kejayaan Majapahit maka sudah semestinya kita para Pepatih & Surtumenggung dapat kembali menikmati kemewahan sebagai mana adanya. Bukan begitu Ki Sepuh ?"

"Hmmmm, ternyata kamu semakin memperjelas semuanya ya ?" jawab Ki Sepuh.

"Terima kasih Ki Sepuh" ujar Ki Patih.

"Maksud saya, memperjelas bahwa kamu masih bodoh saja ! Amukti Palapa bukan Amukti Vivaha !" tegas Ki Sepuh.

Diam dan memerah muka Sang Ki Patih.

"DENGARKANLAH HAI REKAN-REKAN SEKALIAN SEMUA !" seru Ki Sepuh. "Amukti Palapa adalah Senjata sekaligus Kekuatan Kebesaran Kerajaan Majapahit ! Apa tindakan kalian bila ada yang mengingkarinya ?!" tegas Ki Sepuh.

"BUNUUUUH !" jawab serentak yang hadir.

"BENAR ! SIAPAPUN YANG MENGINGKARINYA MAKA TAK BOLEH ADA BELAS KASIHAN. HARUS KITA APAKAN ?!" tanya Ki Sepuh.

"MATIKAAAN !" kembali semua yang hadir serentak menjawab.

"SIAPAPUN ?!" tanya Ki Sepuh.

"SIAPAPUUUN !" jawab mereka semua.

"TERMASUK BILA YANG AKAN INGKAR ADALAH SANG MAHAPATIH ITU SENDIRI ?!" tanya Ki Sepuh.

"IYAAA" jawab Ki Patih, namun hanya dia sendiri yang menjawabnya. Sementara yang lainnya bingung menjawabnya.

Tiba-tiba Sang Tumenggung berdiri dengan senyum sindiran : "Benarkah yang engkau ucapkan tadi Ki Patih ? Sementara tiap bertemu muka dengan Sang Mahapatih, kuperhatikan engkau selalu menunduk tak berani menatapnya ?!"

"Hai Tumenggung, hati-hati bila engkau berbicara !!!" jawab Ki Patih.

"Biasanya yang menundukkan muka begitu dalam, sesungguhnya sedang menutupi bulu-bulu di hatinya. Huh ?!" ungkap Tumenggung.

"CUKUP !!!" bentak Ki Sepuh.

"Saya hanya mengingatkan kepada kalian untuk tetap setia kepada AMUKTI PALAPA MAJAPAHIT ! Siapapun kecuali Sang Prabu & Keluarga Baginda, bila ada yang mengingkarinya maka habiskan riwayatnya. JELAS ?!" tegas Ki Sepuh.

"JELAAAS KI SEPUUUH !!!" serentak jawab semua yang hadir sembari berdiri & memegang senjatanya.

Tersenyumlah Sang Ki Sepuh mendengarnya & melihat apa yang terjadi tadi.



( RP )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar