Jumat, 03 Juli 2009

Kisah Gajah Mada 4



GAJAH MADA : AMUKTI PALAPA BUKAN VIVAHA !!!


"LAMUN HUWUS KALAH NUSANTARA INGSUN AMUKTI PALAPA, LAMUN KALAH RING GURUN, RING SERAM, TANJUNGPURA, RING HARU, RING PAHANG, DOMPO, RING BALI, SUNDA, PALEMBANG, TUMASEK, SAMANA INGSUN AMUKTI PALAPA !!!"

(= Jika telah berhasil menundukkan Nusantara aku baru akan beristirahat. Jika Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasek telah tunduk, barulah aku akan beristirahat !!! )

"AMUKTI PALAPA, BUKAN AMUKTI VIVAHA ! INILAH SUMPAHKU, KUSERAHKAN SELURUH JIWA RAGAKU DEMI KEJAYAAN MAJAPAHIT !! MAJAPAHIT AKAN MENJADI BANGSA YANG BESAR !!! AMUKTI PALAPA DEMI GULA KELAPA (=Bendera Merah Tua & Putih ) ! AMUKTI PALAPA DEMI CIHNA NAGARA GRINGSING LOBHENG LEWIH LAKA (=Lambang Negara ) ! AMUKTI PALAPA DEMI MAJAPAHIT NUSANTARA !"

Ungkap Gajah Mada yang baru diangkat sebagai Mahapatih Majapahit menggantikan Mahapatih Arya Tadah pada tahun 1334 Masehi, dihadapan kedua Ratunya Prabu Putri Sri Gitarja Tribhuannatunggadewi Jayawisnuwardhani ( Sri Gitarja ) & Prabu Putri Dyah Wiyat Rajadewi Maharajasa ( Dyah Wiyat ) bersama segenap para Patih & Tumenggung yang hadir di Bale Manguntur Trowulan tersebut. Rakyat yang sedari subuh telah hadir di alun-alun terdiam karena kaget akan Sumpah yang baru diungkapkan oleh Mahapatih baru tersebut. Keringat dingin menyapa sekujur tubuh yang hadir, tak ada yang bisa berpikir apalagi berbicara. Bahkan kedua Ratu Majapahit sempat terperanjat kaget mendengar, tak tertinggal sang Arya Tadah yang sebelumnya telah mengetahui cita-cita Gajah Mada kini tersentak saat melihat ternyata menjadi sumpahnya.

"TAKKAN KUNIKMATI KEDUNIAWIAN HINGGA SUMPAHKU TERCAPAI, TAKKAN KUHIRUP KENIKMATAN HINGGA MAJAPAHIT SEBESAR NUSANTARA & TAKKAN KURASAKAN KESUKAANKU HINGGA SEMUANYA USAI !" lanjut Gajah Mada.

Hening seiisi Bale, bahkan keheningan meliputi hingga ke ujung alun-alun.

Tiba-tiba Sang Mahapatih memalingkan wajahnya & menatap tajam keempat Rakrian yang sedang duduk bersila di tepi Bale.

"Wahai kalian berempat para Rakrian yang disana ! BERDIRI & CABUT KERIS KALIAN !! KITA PERANG TANDING SEKARANG DI BAWAH SANA !!! SEKARANG !" bentak Gajah Mada.

Kaget bukan kepalang para Rakrian tersebut, lalu salah satunya berdiri & berlutut bertanya : "Beribu-ribu maaf Tuanku Mahapatih, namun apa yang telah kami perbuat & lakukan sehingga Yang Mulia sangat marah kepada kami berempat ?".

Jawab Gajah Mada : "Jangan kalian pikir saya tidak tahu bahwa gemuknya kalian adalah penderitaan para kawula yang kalian rampas & kemegahan kalian adalah buah pencurian harta Kerajaan Majapahit. Bila kalian dibiarkan hidup maka MAJAPAHIT TIDAK AKAN MENJADI BESAR ! Kalian tetap akan licik melebihi ular ! HAYOOUK, TUNJUKKAN KESATRIAN KALIAN BEREMPAT LAWAN SAYA YANG HANYA SEORANG !".

Melihat hal itu Prabu Putri Dyah Wiyat beranjak berdiri untuk menengahinya, namun segera ditahan oleh tangan Prabu Putri Sri Gitarja yang sedang duduk & menariknya hingga terduduk kembali.

Melihat tak ada tanggapan dari para Ratu & terlanjur merah malu wajah para Rakrian tersebut maka segera mereka mencabut kerisnya masing-masing melompat dan menyerang Gajah Mada. Pertikaian empat lawan satu terjadi di antara Bale dan Alun-alun disaksikan sekian banyak pasang mata.

Tak memakan waktu lama, tewaslah mereka berempat di tangan seorang Gajah Mada.

"WAHAI PARA PATIH, TUMENGGUNG & SELURUH JAJARAN PEJABAT MAUPUN PRAJURIT MAJAPAHIT. MULAI SEKARANG, BARANGSIAPA YANG TIDAK PRIHATIN DEMI KEJAYAAN MAJAPAHIT & KEMAKMURAN PARA KAWULA, MAKA AKU SENDIRI YANG AKAN MENGHUNUSKAN KERIS KE DALAM TUBUH KALIAN. PAHAM ?!" tanya Gajah Mada ke segenap penjuru arah.

"PAHAM ! PAHAM !! PAHAM !!! HIDUP AMUKTI PALAPA, HIDUP MAJAPAHIT, HIDUP GULA KELAPA !" teriakan jawaban bergemuruh di seluruh penjuru.

Namun di salah satu dampar istana duduklah seorang Calon Prabu yang kemudian dikenal sebagai Maharajasa Prabu Hayam Wuruk, sedang berbicara kepada ibunda Ratu Sri Gitarja : "Mungkin saya terlewat, tapi bukankah dari tadi tak ada kata-kata untuk menyanjung diri ibu atau saya ? Mengapa Gajah Mada terus-menerus mengutamakan Negara dan bukan Ratu maupun Rajanya ?".

Arya Tadah yang secara kebetulan mendengarnya segera memohon izin untuk menjawabnya : "Mohon maaf Yang Mulia atas kelancangan saya ini, namun perkenankan untuk menjawab kebingungan Yang Mulia risaukan. Berbeda dengan sebagian Patih yang selalu menyatakan kesetiaan pada Ratu maupun Raja sebagai yang utama, Gajah Mada memiliki perbedaan pandangan".

"Beda pandangan bagaimana ?" tiba-tiba Prabu Putri Dyah Wiyat menjawabnya.

"Bagi Gajah Mada, Ratu maupun Raja dapat silih berganti. Namun Negara tidak & oleh karenannya beliau selalu menempatkan Negara sebagai yang utama. Apalagi saat Majapahit nanti menjadi besar, maka beliau memiliki kewajiban untuk menjaga & mengawalnya." jawab Arya Tadah.

"Begitu ya ? Pantes dulu dia berani-beraninya membenamkan Keris Bhayangkaranya ke kekasihku" ucap Prabu Putri Dyah Wiyat dengan tersenyum sinis.



( RP )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar