Jumat, 03 Juli 2009

Kisah Gajah Mada 7



LUKISAN YANG MEMBUAI SANG PRABU


Keletihan Pu Mada belumlah usai setelah pergi menunaikan tugas Amukti Palapanya, kini ditambah degup jantung yang cepat & kepala pusing. Bukan karena semalam Sang Prabu Hayam Wuruk datang ke Wisma Kemahapatihannya untuk menjenguk dirinya setibanya di Trowulan, namun karena kehadirannya di kamar pribadinya yang menohok hatinya yang membikin dirinya bertambah letih berpikir.

Teringat kehadiran Sang Prabu Rajasanagara semalam & percakapan dengan dirinya.

"Lukisan di dinding paman itu bagus sekali, siapakah gerangan wanita yang beruntung memiliki keindahan bak seorang dewi tersebut ?" pujian sekaligus pertanyaan dilontarkan Sang Prabu kepada Gajah Mada.

"Hamba tuanku Gusti Prabu. Itu adalah gambar seorang Putri dari Istana Surawisesa di Bumi Kasundan" jawabnya.

"Sungguh tak pernah kulihat wanita yang dapat memancarkan cahaya keindahan yang begitu mempesonaku sepanjang masa selain seorang putri yang ada di gambar ini" begitu puji Sang Raja dengan berjalan mendekati lukisan tersebut. Lalu tanyalah lagi "Darimanakah Mahapatih mendapatkan lukisan ini ? Apakah saat berjalan pulang melewati Bumi Kasundan ?".

"Ampun beribu-ribu ampun Tuanku Prabu. Itu lukisanku dahulu saat masih di Istana Surawisesa" jawab Gajah Mada dengan menundukkan kepalanya.

"Hah ?! Yang saya tahu dahulu paman adalah seorang Prajurit di Istana Surawisesa itu. Apakah atas permintaan Prabu Lingga Buana saat itu untuk paman belajar melukis Putrinya ?" tanya Hayam Wuruk.

"Sekali lagi beribu-ribu kuhaturkan maaf pada Gusti Prabu junjunganku. Sebenarnya sebelum menjadi seorang prajurit, hamba memang telah terbiasa melukis. Karena itulah pekerjaan hamba untuk dapat hidup pada masa itu" kata Pu Mada yang juga dikenal dengan sebutan Ki Mada itu.

"Hmmm ..... Lalu, bagaimakah paman melukisnya ? Atas permintaan Sang Prabukah saat itu ?" kembali Sang Prabu bertanya dengan tangan kanannya memegang-megang dagunya menikmati lukisan yang indah tersebut.

"Tidak Gusti Prabu" jawaban yang diucapkannya terdengar dengan nada berat.

"Lalu ? Bagaimana paman melukisnya padahal saat itu hanyalah seorang prajurit ?" tanyanya ingin tahu bagaimana dapat mengambil gambar sang Putri tersebut.

Gajah Mada tak dapat menjawabnya & memilih untuk diam seribu bahasa, meski tetap dengan sikap menundukkan badan untuk menghormati Sang Prabu Hayam Wuruk.

"Bagaimana paman ?" kembali bertanya Hayam Wuruk.

Namun diam dan keheningan sajalah yang merebak di sekitar ruangan kamarnya, meski hatinya bergolak sembari berkata-kata "Mimpi apakah aku ini hingga gambar yang kusembunyikan di dalam kamarku ini malah diketahui Sang Prabu sendiri ? Duh demi Sang Dewata Agung" bingung Sang Mahapatih untuk menjawabnya.

Sesaat ia sadar ternyata Hayam Wuruk telah menatap wajahnya dengan penuh kebingungan. Namun tak berapa lama kemudian ia berujar "Baiklah kalau demikian paman, bolehkah saya membawa gambar itu untuk kutunjukkan ke Pahom Narendra (= yaitu semacam Dewan Pertimbangan Agung yang terdiri dari Keluarga Raja Utama yang dituakan ) & Ibunda ?" pinta Sang Raja.

"Gusti Prabu adalah sesembahan & junjungan hamba. Adakah yang tak kuberikan untuk Rajaku ?" jawabnya dengan nada lebih berat dari sebelumnya.

Lalu Hayam Wuruk segera memerintahkan pengawalnya untuk mengambil lukisan tersebut & membawanya serta.

"Sungguh saya sangat berterima kasih pada paman yang telah menunjukkan gambar untuk seorang permaisuri bagiku. Budi baik paman sekali lagi takkan pernah kulupakan selamanya" tegas Sang Raja.

Keluarlah Sang Prabu setelah minta diri dari kamar Sang Mahapatih, sekaligus dari Wisma Kemahapatihan Ki Mada.

Namun kejadian tersebut membuat Gajah Mada malah tak dapat beristirahat, sebaliknya duduk bersila hingga matahari pagi muncul dari balik pegunungan.

"Apa yang akan terjadi ? Akankah Sang Prabu akan mengambil apa yang pernah menjadi impianku ? Mengapa beliau tak satupun bertanya tentang hubungan antara saya dengan Sang Putri Bumi Kasundan tersebut ? Padahal dari tatapan matanya seharusnya beliau tahu bahwa saya sedang menyembunyikan sesuatu. Namun mengapa beliau tak mempertanyakannya ? Sebaliknya malah mengambil tindakan yang cepat, bahkan terlalu cepat dibanding apa sedang saya pikirkan saat itu" pikir Gajah Mada.



( RP )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar